Cinta Pertama dan para Mantan
Awal berusaha meninggalkannya aku merasa dialah adalah mahluk terindah buatku, ya Mahluk terindah Produk Tuhan untukku. Kawan tahukah kamu? Anggapan itu hanyalah produk dari pemikiranku karena nyatanya itu adalah ciptaanNYA untuk pria lain
Rasa itu akan membayangi setiap langkah kemana pun kita pergi, andai saja melupakan itu semudah mebalikkan telapak tangan pun aku inginkan hal itu. Seiring waktu yang terus berputar dan banyak waktu dan kejadian yang telah terlewati barulah saya sadari itu adalah bagian dari sebuah proses transformasi. Dari berbagai kejadian saya memahami "Mencintai itu berarti memberi dalam(lebih dari kata dengan) ikhlas. Jika engkau masih menganggap ada cinta sejati diantara manusia maka tak akan engkau temukan yang ada cinta sejati itu hanyala milikNYA
Saya berulang kali jatuh hati pada wanita pasca bertemu dengan cinta pertama tetapi saya selalu tidak yakin jika itu adalah cinta yang aku rasa, RAGU karena itulah saya tidak menggunakan kalimat jatuh cinta. Saya lebih memilih padanan kata "jatuh hati". Well semua tidak terlihat sesederhana yang aku tuliskan tetapi seperti itulah yang aku alami di masa-masa pencarian jiwa untuk bertepi dan menikmati pahit manis asam asing usia muda dulu.
Kita lelaki
Haknya mencintai siapa pun tetapi kewajiban kita adalah tahu diri
Karena itu selama saya hanya merasa jatuh hati terlebih pada pandangan pertama, saya memilih mencintai dalam diam sambil merapalkan doa-doa tentang harapan dengannya agar Tuhan memberikan Dia sebagai jodohku jika bisa dialah terindah untukku. Namun belakangan saya menyadari jika ternyata doaku terlalu memaksa ya memaksa karena terkadang kuselip kata pilihan yang tak seharusnya kukatakan pada Sang Pencipta pada hal doa yang baik itu disampaikan dengan cara yang sederhana tanpa kalimat dan kata yang cenderung memaksa, harus dan atau yang terselip lainnya.
Kini mereka (para sang mantan) sudah punya jalan hidup mereka sendiri dan saya yakin mereka akan bahagia dengan pilihan hidupnya. Yang tertinggal di kepala saya tentang mereka ada apa adanya dirinya mereka dulu ketika jumpa dengannya. Tidak ada satu pun kata benci atau dendam yang mengharuskan aku untuk melupakannya. Bagiku mereka punya peran tersendiri dalam hidupku.
Kini sudah lama berlalu bagiku yang tersisah hanyalah kenangan. Orang bilang kenangan itu menyakitkan tetapi tidak bagiku. Karena masa lampau adalah pembelajaran karena itu sudah sepatutnya kenangan itu dinikmati.
Oh Ya hampir lupa, dalam pencarian saya menyadari cantik itu bukan pilihan, kaya itu bukan pilihan, kehormatan itu bukan pilihan bagiku itu hanyalah standar semu yang ada di dalam hati insan yang terikat emosional dengan hasratnya, di sisi lain yang aku temukan adalah wanita terindah adalah wanita yang mampu menyenangkan hati dan mampu mendekatkanmu dengan Tuhan dalam kondisi apa pun itu.
Muhammad Iskandar Zulkarnain
01 Januari 2019
asjum dinasty Blog
Tuesday, January 1, 2019
Wednesday, July 15, 2015
TURKI Sebagai ASET atau KESET ??
Turki Army |
Mengobrol dengan teman lama, yang baru sempat berinteraksi lagi setelah sekian lama vakum, memang mengasyikkan.
Terlebih kita sama-sama bekerja di industri yang sama, yaitu industri migas. Sekalipun hanya teman online dan bukan bertatap muka secara langsung namun kualitasnya tidak kalah dengan pertemuan biasa.
Bukannya tidak ada keinginan untuk bisa saling menjabat, namun jarak dan waktu belum memungkinkan hingga hari ini.
Nenat, seorang ahli konstruksi pipa berkebangsaan Turki, dalam obrolan santai tapi penuh bobot malam itu, bercerita banyak hal yang hampir semuanya terkait dengan industri migas dan kaitan geopolitiknya di wilayah sekitar negaranya.
Diskusi kami berdua itu saya rangkum dalam dua tulisan, yaitu tulisan pertama tentang Yunani dan tulisan kedua ini tentang Turki.
Turki, negeri dengan dua pijakan
TURKI GERBANG EROPA
“Kalian Turki, kalian ini NATO tapi masih saja bekerjasama dengan musuh besar NATO itu” ujar teman kerja Nenat yang berasal dari Amerika.
Yang dimaksudkannya adalah jalur selatan pipa gas dari Russia yang akan melewati wilayah Turki. Sebelumnya jalur itu ditolak untuk melewati Bulgaria akibat tekanan dari Brussel, ibukota Uni Eropa.
Kekesalan si Amerika itu kurang lebih mungkin mewakili kekesalan pemerintahnya. Di tengah upaya keras Amerika untuk mengisolasi Russia, masih saja ada jalan bagi Russia untuk tetap menjalankan rencana-rencananya. Yang lebih mengesalkan lagi, rencana tersebut bahkan secara blak-blakan dibantu oleh dua “sekutu” Amerika di NATO yaitu Yunani dan Turki.
Ingin rasanya Nenat membalas argumen teman Amerikanya itu namun si Amerika telah meninggalkan ruangan. Disamping itu dia tidak ingin mengubah mood kerjanya pagi itu dengan hal yang dianggapnya tidak perlu. Dia cukup puas melihat kedongkolan teman Amerika yang pastinya lebih kuat lagi dirasakan oleh para pengambil keputusan di Washington.
Memanfaatkan posisinya yang persis mengurung laut Hitam, selama ini Turki seolah bertindak sebagai penjaga gerbang Eropa dari penyusupan Russia menuju Eropa lewat laut Mediteran.
Strategisnya posisi Turki memang sebuah fakta yang tidak terbantahkan. Karena fakta itulah Amerika pun menempatkan pasukannya di Incirlik,
Turki Tenggara sebagai bagian dari pertahanan strategis NATO menghadapi Russia. Dalam sejarah perang dingin, AS juga menggunakan Turki sebagai basis terdepan penempatan balistiknya yang mengarah tepat ke jantung Uni Soviet.
Namun sampai berakhirnya perang dingin dan bubarnya Uni Sovyet, Turki tidak lebih sebagai asset atau bahkan keset kaki Amerika. Turki telah melayani Amerika dan NATO dalam banyak hal namun berbagai agenda Turki di dunia internasional tetap mandeg. Tidak banyak kemajuan berarti terkait keinginan Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa, pengakuan terhadap Siprus-Turki, pembangunan reaktor nuklir dan dukungan dalam menumpas gerilyawan Kurdi.
Bahkan keinginan yang paling minimal sekalipun untuk bisa memiliki ekonomi yang tumbuh dan berkembang pun sulit terwujud.
Rakyat Turki mengira dengan memilih seorang doktor lulusan Amerika sebagai PM akan membuat Amerika akan mengistimewakan Turki. Tidak juga. Tanshu Chiller gagal menolong Turki dari krisis ekonomi.
Titik balik datang ketika berbagai faktor terjadi bersamaan. Invasi Amerika untuk menjatuhkan Saddam dan kebangkitan Russia kembali menempatkan Turki di sekitar pusaran konflik. Namun kali ini Turki, yang sudah dijalankan oleh pemerintahan yang lebih realistis, tidak lagi mengambil pendekatan yang sama.
“Kami mengambil pendekatan dua pijakan, persis seperti posisi negara kami yang sebagian di Asia dan sebagian di Eropa. Sebagian di Barat dan sebagian di Timur.
Kami mengikuti pendekatan yang kalian (Indonesia) lakukan. Jika kalian menyebutnya dengan non-blok maka kami menyebutnya perubahan orientasi strategis” kata Nenat. Turki mendekat kembali ke Timur-Tengah dan terus meningkatkan kontak dengan Russia. Terbukti, pendekatan ini membuat Turki menjadi lebih disegani.
Meski beberapa kali gusar dengan pendekatan Russia di Bosnia, Kosovo, Chechnya dan Syria, namun Turki bersikap realistis demi kepentingan nasionalnya. Apalagi Russia juga bersedia membantu pengembangan penguasaan reaktor nuklir untuk Turki, sesuatu yang selama ini tidak pernah diberikan oleh Amerika.
Terakhir, Turki bersedia mengijinkan wilayahnya di lewati jalur pipa gas Russia yang sebelumnya ditolak oleh Bulgaria, seorang anggota Uni Eropa.
Turki pun berhak mendapatkan diskon harga gas yang akan sangat membantu perkembangan ekonominya. Fasilitas tersebut selama ini dinikmati Ukrainia namun kemudian dicabut oleh Russia setelah pemerintah pusat Kiev lebih condong kepada Uni Eropa dan Amerika.
“Untunglah kita bukan anggota Uni-Eropa sehingga kita bisa memanfaatkan situasi ini”, lanjut Nenat. dan untungnya Russia bisa bangkit dari keterpurukan setelah bubarnya Uni-Sovyet”,
saya menimpali. “Ya betul…
Bagaimanapun kita harus hormat pada negara itu, sendirian menghadapi Uni Eropa dan Amerika”, ujar Nenat lagi.
Yakin gitu Russia sendirian? Ingin rasanya saya memancing begitu tapi, sudahlah, rasanya informasi darinya sudah cukup untuk saya jadikan artikel.
Bagi Nenat adalah pipa gas Rusia menghasilkan pekerjaan buat Nenat dan rekan rekan selama bertahun tahun ke depannya……Ini proyek besar dan dia sangat senang menyambutnya. Satu hal lagi, gara-gara urusan pipa gas jalur selatan ini, Eropa sepertinya akan kembali ke konstelasi sewaktu PD 2.Rencananya pipa ini akan berakhir di Italia . Dan jika keadaan memungkinkan, Russia berharap bisa meneruskan sampai Jerman. Trio “Russia-Italia-Jerman” mengingatkan pada apa??
By : Patsus Namraenu
Gambar by :Googel
Tuesday, July 14, 2015
BEREBUT PION BERNAMA YUNANI
YUNANI MENGGELIAT
Malam itu, atau tepatnya pagi itu, dua jam menjelang subuh saya bangun lebih cepat dari alarm rutin harian saya. Memang cukup sering saya terbangun tengah malam. Biasanya saya melanjutkan dengan aktivitas ibadah atau mempelajari ulang pekerjaan saya sebelum tidur kembali jika masih ada waktu. Namun entah kenapa malam itu saya memutuskan untuk membuka Yahoo Messenger. Dan kebetulan sekali, begitu login, sebuah nama yang sudah tahunan tidak saling menyapa muncul diantara nama yang sedang online. “N##at” seorang ahli konstruksi pipa berkebangsaan Turki keturunan Pomaks ada di antara nama itu. Setelah saling menyapa dan bertukar kabar, kami pun asik bercerita situasi masing-masing.
Karena sama-sama berkecimpung di industri migas, maka itulah yang menjadi titik mula pembicaraan kami. Namun industri migas Internasional adalah sebuah bidang yang tidak bisa dilepaskan dari situasi geopolitik dunia. Pembicaraan pun mengalir ke arah situasi geopolitik saat ini dan begitu banyak informasi yang dijabarkan oleh teman online saya itu yang rasanya bagus untuk kita jadikan bahan diskusi bersama.
Diskusi kami berdua itu saya rangkum dalam dua tulisan, yaitu tulisan ini tentang Yunani dan tulisan kedua nanti tentang Turki.
“Berebut pion bernama Yunani”
“Pulangkan saja negeri pengutang itu ke dewa-dewanya” ujar seorang Amerika yang jengkel melihat berita penolakan Yunani terhadap sanksi lebih jauh yang akan diterapkan Uni Eropa terhadap Russia. Akibat penolakan itu maka sanksi untuk Russia pun belum bisa diputuskan karena UE memiliki mekansime konsensus dalam menerapkan sanksi terhadap sebuah negara.
“Maksudmu membiarkan mereka jatuh ke tangan Russia? Tahukah kamu Russia bersedia mem-“bail-out” semua hutang-hutang mereka?” timpal rekan kerjanya yang orang Jerman. N##at menimpali “Jangan lupakan jalur Selatan gas Russia yang akan dipindahkan melewati Yunani” sambil menggoda dua rekan kerjanya itu. “Aku tidak perduli selama mereka bisa membayar hutang-hutang mereka. Jerman-lah yang telah banyak menalangi kebangkrutan Yunani sehingga Euro masih bisa stabil hingga hari ini.” lanjut si Jerman meninggalkan tempat. “Kalian Turki, kalian ini NATO tapi masih saja bekerjasama dengan musuh besar NATO itu” ujar si Amerika. Tanpa menunggu jawaban si N##at, si Amerika itu pun meninggalkan ruangan.
Kemenangan partai sayap kiri di Yunani telah membawa keguncangan atau setidaknya kebingungan di Uni Eropa. Partai sayap kiri yang bisa menang dengan memanfaatkan sentimen masyarakat Yunani yang bosan diperlakukan sebagai “orang sakit” oleh Barat, kesamaan budaya yang dekat dengan Russia serta kembalinya investor Russia ke Yunani telah membuat Uni Eropa menjadi gamang. Kedekatan pemimpin baru Yunani dengan Russia mulai menimbulkan “masalah”.
Penolakan Yunani terhadap sanksi baru terhadap Russia membuat Uni Eropa kebingungan untuk memperbaharui sanksi mereka terhadap Russia yang akan berakhir Maret 2015 ini. Meski marah namun mereka tidak berdaya menghadapi negara pengutang “tidak tau diri” itu. Mereka telah mengucurkan begitu banyak dana untuk mencegah kejatuhan Yunani yang jika tidak dilakukan akan dapat menyeret kejatuhan mata uang Euro. Perlakuan buruk dari Uni Eropa terhadap Yunani hanya akan menimbulkan salah satu atau kedua masalah ini : Yunani tidak bisa membayar hutang-hutangnya sehingga dapat menyebabkan mata uang Euro terjerembab kembali dan atau Yunani akan “dipegang” oleh Russia.
Saat ini pun Yunani pun telah mendapat “hadiah” dari Russia dengan dipindahkannya jalur pipa gas selatan Russia ke wilayah mereka yang tadinya akan melewati Bulgaria. Russia yang sempat bingung bagaimana meneruskan proyek pipa gas selatan kini menemukan titik terang setelah Bulgaria tidak kuasa menahan tekanan Uni Eropa untuk melarang pipa gas Russia melewati wilayah negaranya.
Lebih jauh lagi, kesediaan Russia untuk membail-out hutang-hutang Yunani dipastikan akan membuat Yunani menjadi duri dalam daging dalam semua kebijakan NATO terhadap Russia karena Yunani juga menjadi anggota NATO. Tinggallah kini Amerika yang harus memutar otak untuk mengatasi masalah Yunani setelah Uni Eropa kebingungan menghadapinya. Jika tidak diatasi dengan baik maka selangkah lagi Yunani akan menjadi agen ganda yang akan selalu merepotkan NATO dan Uni Eropa dalam berhadapan dengan Russia.
By: Patsus NAMRAENU
OBROLAN DIwarung Kopi
Warung Kopi Pak Kumis yang selalu rame ditongkrongi oleh para Patsus dengan obrolan santai rakyat jelata, dimulai membahas kisah Patsus Namraenu diatas..Di Sabtu malam itu obrolan kelas warung kopi dimulai
Bung KS : Ane mau tanya bung soal minyak bumi … soalnya ane pernah baca kalau minyak bumi itu bukan berasal dari fosil dan merupakan mineral yang tidak diketahui sumbernya. Dan diduga bahwa minyak bumi tidak akan pernah habis, ya sama seperti air dan udara. Bahkan di salah satu kilang minyak di Amerika sana yang seharusnya sudah habis menurut perhitungannya, malah kemudian tiba tiba mampu menghasilkan minyak bumi yang 2-3 kali lipat dari pertama dieksplorasi. ..Bener gak sih?
Bung Namraenu : Betul Yang dikatakan Bung KS ada benarnya. Sejarah minyak ada yang dimanipulasi demi kepentingan penguasaan energi dunia oleh sekelompok elit tersembunyi.
Bung Hadna : Cara Eropa memperlakukan Yunani sudah dianggap sebagai penjajahan oleh rakyat Yunani sendiri, praktis hanya Germany yang selalu mensupport Yunani sendirian sedang anggota UE yang lain tidak begitu…. Campurtangan Germany akhirnya “memaksa” untuk Rusia turun tangan untuk mem bail out Yunani karena Germany juga khawatir bahwa Indonesia tidak akan seterusnya menjadi penyelamat Eropa….ini pemikiran dan analisa saya Bung namraenu …..hehehe
Bung Namraenu : Kurang lebih begitu Bung Hadna. Uni Eropa itu sebenarnya setengah hati dalam mendukung Amerika menghadapi Russia dalam soal Ukraina. Tapi yah begitulah, nasib mereka terjepit diantara dua raksasa.
Bung Hadna: Padahal sebagian negaraa negara besar UE sudah “dibantu” oleh Indonesia… Mereka “iri” dengan Rusia yang punya klien terbesar sepanjang sejarah industri pertahanan mereka…. Sebetulnya US lah yang ketinggalan, meski tidak begitu jauh, tapi nilai penjualan militer mereka lebih kecil… Yang jelas dengan masuknya pipa gas Rusia, maka Yunani akan lebih fleksibel dengan anggaran mereka, karena pendapatan dari pipa Rusia ini cukup besar…… bukan demikian Bung Namraenu ?
Bung Namraenu: Tepat sekali bung Hadna. Makanya Yunani bisa agak “jumawa” sedikit. Apalagi Yunani dan Russia kan sama-sama mayoritas Katolik Ortodox sehingga secara budaya mereka sebenarnya lebih dekat daripada ke Barat.
Pak Kumis pemilik warung menawarkan Gorengan yang masih Hangat untuk disantap Pengunjung Warungnya,, Para Patsus Yang semakin hangat dengan obrolan dan Kopi Tubruknya meneruskan obrolannya dan tidak mempedulikan tawaran pak kumis.
Bung Hadna : Tinggal analisa Turki ini…secara historis ke dua negara Eropa ini pernah terlibat perang terbuka memperebutkan Siprus…. Kalau sampai mereka belajar dari Indonesia, maka kerjasama dengan China soal HQ-16 adalah berkat pengaruh Indonesia….hehehehe….just my imagination bung Namraenu ….
Imajinasi saja , Eropa sekarang dikendalikan oleh 4 negara, tiga negara sekawan dan satu negara “perusuh”… Tiga sekawan ini hanya dua yang asli Eropa: Germany dan Rusia, sedangkan Indonesia berada di balik “layar”…
Tiga negara inilah sebetulnya yg memastikan Eropa tetap stabil dalam hal perekonomian meski masih ada perlambatan…
Sedangkan US sudah mulai kehilangan taring di Eropa karena sudah menutup 15 pangkalan militer aktif mereka, dan justru ini yg “menampar” US ketika Rusia mulai menunjukkan “taring” kembali…. US berpikir dengan menjepit China dan Indonesia, Rusia akan “limbung”, tapi ternyata Indonesia, lebih dulu meperoleh kepercayaan dari negara negara besar Eropa…… US mulai “keringat dingin”….hehehe
Bung Namraenu : Siaap. Bung Hadna Memang benar. Ternyata banyak negara di dunia ini yang sudah muak dengan tingkah Amerika, bahkan di kalangan sekutunya sendiri. Di antara negara-negara itu ada yang berani menunjukkannya dan ada pula yang diam-diam “bermain di belakang” meski di depan menunjukkan bahwa seolah-olah mereka masih sahabat setia Amerika.
Bung FAD : Jangan lupakan Prancis yang memang bandel (sambil nyomot sepotong Pisang Goreng)
Bung LA :hahaha..itulah pintarnya mereka bung Namraenu.btw Pembahasan lanjut soal Turki kapan neh..musuh bebuyutan soalnya ama si mbakyu nani (Yunani)
Bung Thyo : Pemanasan Global,bumi seperti manusia kalau kepanasan keluar air dan minyak’a skalian,hehehe,ngarep..
Menarik nih ulasannya ,penasaran dengan pembahasan Turki selanjutnya ,kira kira seperti apa ya ?
Bung Namraenu : Tentang Turki besok malam ya bung LA dan bung Thyo Kata teman saya itu mereka orang-orang Turki malah belajar dari Indonesia dalam “memanfaatkan” situasi di negara sekitar mereka.
Pak Kumis : Aduh pade keasikan ngobrol.. Emangnya Mbakyu nani itu siapa sih,?, ntu Gorengannya dimakan biar nambah rejeki ane,,
Hahahahahaha…Para Patsus pun tertawa bersama mendengar Komplain pemilik Warung yang dagangannya gak disentuh karena keasikan Ngobrol,,
Obrolan Para Patsus Diwarung Kopi Pak Kumis
Gambar by ; Patsus Citox Googel
Subscribe to:
Posts (Atom)