Sunday, July 12, 2015

CERDIK VS LICIK

 10346619_1617515961816315_1629734635995629899_n
Ketika Asia Pasific terus tumbuh menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia, US secara terang-terangan memfokuskan kekuatan militernya ke wilayah ini. Kekuatan yang selama ini kita lihat dan dengar berada nun jauh di Eropa, tiba-tiba telah menjadi sesuatu yang amat nyata dan dekat di mata. Serentak China pun terus mempercepat geliatnya, agar peluang untuk menjadi penguasa Asia pun tidak hilang sia-sia. Namun sesungguhnya mereka amat sadar, jika harus berhadapan secara prontal dengan US saat ini, kekuatan yang dimiliki dirasa belum mencukupi. Maka strategi dan pemikiran jitupun mengalir ke negara lainnya.
Dengan Russia, China menjalin hubungan yang amat harmonis. Keduanya amat menyadari akan adanya ancaman besar di Asia Pasific. Namun beruntung, keduanya tidak terseret taktik US. Russia tidak tergesa-gesa dan membabi buta dalam meningkatkan penyeimbang kekuatan di Asia Pasific. Russia sangat menyadari, jika tidak berhati-hati, tindakkannya akan semakin mempercepat niat US untuk menjadikan Asia Pasific sebagai pusat kontrol dunia US. Russia akhirnya bisa kita lihat hanya bertindak sebagai suporter bagi negara-negara di Asia yang memerlukan peningkatan kekuatan. Langkah ini dinilai berhasil, karena dengan langkahnya ini pula, US sedikit melambatkan langkahnya di Asia, dan memberikan kesempatan yang luas bagi negara-negara di Asia untuk lebih mandiri.
Untuk mengamankan usaha China, negeri beruang ini pun merangkul Indonesia, yang dinilainya sangat layak untuk meredam setiap tekanan yang akan datang dari Asia Tenggara. Berbagai kesepakatan pun berhasil terlaksana dengan baik. Sehingga beberapa negara menangkap kesan, bahwa tekanan China di kawasan LCS, seringkali sangat paralel dengan kebutuhan strategi Indonesia. Indonesia dan negara Asean telah dikenal sebagai negara yang memanfaatkan konflik LCS sebagai alasan untuk pengembangan kekuatan militernya. Dan langkah ini pun dinilainya telah berbuah dengan sangat manis.
Untuk melenggangkan semua niat itu, Russia mendapat peran vital yang tidak kalah berat, yakni mengebiri pergerakan kekuatan US. Ketika US berkutat di Asia dengan pivot Asianya, tanpa di duga, Russia melakukan langkah serupa di Arctic..! US pun terkejut dengan hadirnya Arctic Pivot yang dibintangi oleh Russia.
Tak heran jika Eropa Utara, Canada dan USA sendiri merasa terancam dengan kehadiran kekuatan Russia di Arctic. Dari titik ini, dunia belahan utara seakan telah berada dalam genggaman Russia. USA pun meradang..!
Di Asia, kehadiran Russia telah cukup terwakili oleh kekuatan China dan rekan-rekannya. Tapi sudah cukupkah bagi US menjadikan Canada dan negara-negara Eropa Utara sebagai tandem kekuatan mereka..? Hehehe..! Kali ini Pentagon cukup jujur mengakui kelemahan yang dimilikinya..!
Di Asia, masih ada Indonesia dan India yang sangat bisa diandalkan sebagai peredam sekiranya konflik harus meletus. Tapi di Arctic, setiap jengkal wilayah adalah teritory yang telah masuk dalam cakupan maut rudal-rudal penghancur Russia. Amerika dan Eropa utara akan berdarah-darah..!
1907475_1617515988482979_1016458002930316140_n
Akankah konflik LCS memantik perang dunia ketiga..? Para pengamat justru menilai kemungkinan itu sangat kecil. Yang lebih berbahaya, justru masih tetap berada di Eropa dan Arctic itu sendiri..!
Selama Russia tidak mengubah bentuk keterlibatannya di Asia Pasific, maka kawasan ini masih sangat mungkin untuk tetap tumbuh menjadi kawasan yang tenang, aman, damai, harmonis dan dinamis. Semoga..

By : Yayan@Indocuisine

No comments:

Post a Comment