Saya memilih salah satu meeting room
di lantai 7 salah satu hotel terbaik di Kuala Lumpur, untuk
memfasilitasi pertemuan rekan-rekan saya dengan Menhan Malaysia, Datuk
Seri Hishamudin Husein. Sesuai perjanjian awal, saya bertanggung jawab
untuk menjaga pertemuan ini agar tidak berubah menjadi pertemuan formal.
Kopi luwak Lampung, kacang goreng khas Bali, manisan bunga pala Bogor,
dodol Garut, dan tentu saja menu makan siang, semua saya setting menjadi
bercorak sangat Indonesia. Untuk hal yang satu ini, saya tidak pernah
ragu, karena saya adalah salah satu ahlinya. Hehehe..! Pede aja lagi..!
Obrolan berjalan lancar diselingi canda tawa dan penjelasan saya tentang
silsilah makanan dan daerah asal makanan tersebut. Tidak terhitung
entah berapa pertanyaan yang berhasil terekspose dengan baik. Suasana
sedikit memanas ketika sahabat saya dari CNBC menanyakan esensi
kunjungan Hishamudin ke Pentagon beberapa waktu yang lalu. Saya bisa
menangkap, bahwa Hishamudin tidak menginginkan hal itu menjadi konsumsi
publik. Hal ini pulalah yang membuat saya tertarik untuk menyentil
kunjungan panglima TNI ke China. Saya bertanya, kira-kira manakah yang
lebih penting antara kunjungan panglima TNI ke China dengan kunjungan
beliau ke Pentagon? Hehehe..! Akhirnya pancingan saya berhasil. Sang
Menhan tersenyum dan tertawa, membuka suara.
Harus diakui bahwa Malaysia sangat
dilematis dengan adanya konflik LCS. Meskipun mereka pun berprinsip akan
senantiasa menjaga dan mempertahankan setiap jengkal wilayah yang
menjadi hak dan kekuasaannya, tetapi perang bukanlah skenario yang
paling utama. Malaysia punya ketergantungan ekonomi dengan China, dan
memiliki hubungan yang sangat erat dengan Philipina, Vietnam dan
Indonesia. Langkah pendekatan dengan Pentagon bertujuan untuk mencari ballancing
kekuatan selain untuk mencari potensi ekonomi dari sektor militer.
Pendek kata, secara ekonomi, Malaysia ingin besar dan tumbuh bersama
China yang kian menunjukan kekuatan cengkeraman ekonomi globalnya,
sedangkan secara militer harus diakui bahwa ATM besar dalam asuhan US.
Sayangnya, sikap ini telah dianggap sebagai sikap yang mendua, baik oleh
China ataupun oleh US sendiri. China menuntut totalitas yang lebih
besar. Begitu pula dengan US, mereka meminta kompensasi yang lebih atas
dukungan dan jaminan stabilitas yang telah dikecapi Malaysia. Untuk
penjelasan yang satu ini, beliau meminta kami untuk off the record.
Untuk menurunkan tensi pembicaraan, saya
menyinggung tentang foto penyambutan beliau yang mengenakan mantel
musim dingin. Saya bilang bahwa panglima TNI kami terlihat lebih gagah
dengan jaket kulit hitamnya ketika melakukan kunjungan ke China, mengapa
anda harus menggunakan mantel sedangkan counterpart anda hanya
menggunakan jas. Hahaha..! Tawa renyahnya keluar, seandainya acara
penyambutan beliau sama seperti penyambutan panglima TNI di China yang
dilakukan dalam ruangan, maka beliau akan memilih menggunakan jaket
kulit yang memang sengaja udah disiapkan dari Kuala Lumpur. Tapi upacara
penyambutan di Pentagon dilakukakan di halaman depan, yang kebetulan
untuk beberapa dekade ini, beberapa tempat di US sedang dilanda musim
dingin yang lebih dingin, bahkan terkadang salju turut serta menutupi
jalanan, halaman, atap rumah dan dedaunan. Bahkan anginnya sangat
kencang dan menusuk tulang.
Melihat gelagat Malaysia yang menunjukan
sikap politik yang mendua, akhirnya pihak China maupun US menjadi
geram. Mendua dengan netral adalah dua sikap yang berbeda. Tidak heran
jika kemudian Russia lebih memilih untuk mengatur langkah ke belakang
dalam percaturan militer dengan Malaysia, yang akhirnya kita ketahui
bahwa Russia lebih memilih Indonesia sebagai partner utamanya di Asia
Tenggara. Dan lagi-lagi, sikap dan pilihan politik Russia ini dipandang
lain, baik oleh US maupun oleh China.
Bagi US, masuknya Russia bermakna bahwa lawan mereka di atas ring hot spot
Asia Timur akan bertambah. Mereka khawatir Russia akan membuat sebuah
korelasi konflik antara Crimea, Taiwan, Semenanjung Korea dan LCS. Jika
hal ini terjadi, maka US akan lebih cepat menemui kegagalan dalam
mempertahankan hegemoninya di Asia Pasific. Sedangkan bagi
China, masuknya Russia sebagai partner penting Indonesia, seperti telah
merampas bongkah emas dari genggaman. Mereka geram dan kecewa, walaupun
di sebalik itu harus diakui bahwa mereka sangat memerlukan Indonesia.
Lawan Jepang, China harus bermain sendiri. Bahkan selain menghadapi
Jepang, China juga harus menghadapi Russia dan tentu saja US yang ada
dalam gendongan Jepang. Dalam konflik Taiwan, lagi-lagi China juga harus
bermain sendiri dalam menghadang kekuatan US. Di Korea, meskipun China
tidak terlibat langsung, tapi fakta berkata tegas dan telak, bahwa China
hadir secara utuh dan penuh dalam konflik itu. Sedangkan di LCS, China
lebih parah karena harus berhadapan dengan banyak lawan, termasuk
Indonesia yang dimata China sangat membingungkan. Netral dimaknai
sebagai abstain, yang artinya masih punya potensi perubahan sikap, dan
ini dinilai lebih berbahaya karena membuat setiap kubu tidak bisa tidur
nyenyak. Jika anda punya 5 pucuk rudal, maka tidak salah jika satu
diantaranya diarahkan ke Indonesia sebagai usaha berjaga-jaga.
Pelajaran yang saya petik dari konflik
ini, adalah adanya penilaian dan pembenaran sepihak atau dengan kata
lain, masing-masing negara telah merasa benar dengan sikap politik yang
mereka ambil. Padahal untuk penyelesaian konflik, masing-masing
kebenaran yang ada masih sangat absurd dan samar. Teringat dengan
kata-kata teman saya yang dari Korea, bahwa kemungkinan untuk perang
masih sangat jauh, walaupun mungkin nanti menlu kita akan lebih sibuk.
Hehehe..! Semoga..! Langkah yang diambil oleh panglima TNI perlu
diacungi jempol, sebaiknya beliau tidak terbatas hanya berkunjung ke
China saja, tapi sangat penting juga untuk berkunjung ke negara-negara
lainnya, bahkan kalau perlu, berkunjunglah lebih sering ke negara-negara
Asean, yakinkan dan berikan jaminan bahwa Indonesia bukanlah sebuah
ancaman dan jika perlu kita siap memberikan bantuan dan dukungan.
Hahaha..! Biar perlahan namun pasti, legitimasi moral yang menganggap
Indonesia sebagai Bossnya Asean akan terbentuk. Tapi kita juga harus
berusaha keras untuk benar-benar bisa menjadi Boss yang mumpuni bukan
sekedar pemimpi. (By yayan@indocuisine)
No comments:
Post a Comment