Saya tidak tahu persis apa makna sejati dari kata gombal yang telah lama
kita dengar dan bahkan mungkin telah sejak lama secara sadar ataupun
tidak sadar telah sering kita ucapkan atau ungkapkan.
Kita juga mungkin sulit menyatakan apakah kita seorang penggombal atau sebaliknya, korban rayuan gombal.
Ada yang bilang, konon gombal sering diucapkan oleh mereka yang terampil
berbicara. Tapi siapa yang bisa menjamin kebenarannya, karena
adakalanya seseorang yang menjadi korban gombal menyebutkan bahwa si
pendiamlah yang sesungguhnya sangat potensial untuk menjadi seorang
penggombal ulung.
Di keluarga kami, anak sulung adalah sosok sempurna untuk
menggambarkan bahwa dia adalah seorang pujaan. Berpenampilan cool, tutur
bahasa yang sangat teratur, cerdas, mampu menangkap ujung pembicaraan
lawan bicaranya lebih cepat, sistematis, dan segala ciri yang terbaik
ada pada dia. Begitupun dengan anak ketiga yang kata tetangga kami
adalah sebagai anak paling rupawan. Keduanya mewarisi kharisma yang
melebihi kami (saya anak kedua, serta adik-adik saya, anak keempat dan
kelima).
Tapi tahukah anda jika gombal adalah sebuah pembawaan yang lebih sering
dimiliki oleh mereka yang tidak mewarisi ciri-ciri unggul sebagaimana
saya gambarkan pada kedua sosok saudara saya tadi. Meskipun mereka
pinter dan cerdas, namun nyatanya mereka tidak menguasai keterampilan
untuk meluluhkan hati lawan bicaranya.
Pertanyaannya, jika tujuan gombal adalah untuk meluluhkan hati,
apakah kita perlu kata-kata yang berlebihan..? Jawaban saya, tidak..!
Saya berpengalaman sejak masih duduk di bangku SD membantu abang saya menyusun kata-kata dalam setiap surat cintanya.
Begitupun waktu masih SMP, ketika perusahaan keluarga kami diambang
kebangkrutan, saya menjadi orang terakhir yang sebelumnya mungkin tidak
diperhitungkan untuk angkat bicara.
Waktu itu di tengah forum karyawan yang hendak mengundurkan diri, saya
pernah bicara bahwa kepergian mereka jangan sampai menggoreskan kenangan
luka. Jika kami harus melepasnya, maka hal itu sebagai bentuk nyata
dari kecintaan kami pada mereka.
Kami tak ingin membiarkan mereka menderita bersama. Kami ingin melihat
mereka bahagia. Jika kelak kami sudah kembali bahagia, pintu hati dan
cinta kami akan selalu terbuka untuk menerima kepulangan mereka dan
mereguk kebahagiaan bersama kami lagi.
Tidak disangka, ucapan yang tidak pernah
saya sadari itu telah menjadi titik balik bagi kebangkitan perusahaan
keluarga kami. Mereka mengurungkan niat untuk mengundurkan diri,
sebaliknya malah menitipkan kehidupan diri dan keluarganya pada
perusahaan keluarga yang sedang oleng.
Maka mulailah kami dengan budaya kerja baru yang dilandasi oleh rasa
saling cinta. Saya didaulat menjadi presiden direktur dalam usia yang
masih sangat belia.
Saya bukan manager hebat, bahkan diawal jabatan saya, saya harus
mengungkapkan secara jujur tentang ketidakmampuan perusahaan dalam
membayar hutang yang sudah jatuh tempo.
Saat itu, hal seperti ini sangat memalukan, bahkan paman saya sendiri
menyebutnya sebagai sebuah aib perusahaan. Berbekal tekad dan cinta,
saya bertemu pihak bank dan menjelaskan rencana dan tujuan perusahaan
untuk tahun-tahun berikutnya. Nyatanya, mereka bisa mengerti dan mau
menerima alasan penundaan pembayaran hutang tersebut. Lega..!
Kini, dizaman yang semakin kompleks, skema serupa ternyata telah
menjadi trend bisnis. Kini masyarakat mulai akrab dengan istilah
reschedullling atau penjadwalan kembali hutang.
Hasilnya, Garuda Indonesia yang hampir kolaps, terbukti mampu kembali
bangkit dan menggeliat juga berkat skema penjadwalan hutang. Hehehe..!
Saya yakin, orang yang memulai inisiatif ini di Garuda Indonesia,
pasti punya kemampuan menggombal yang sangat tinggi. Semoga kelak saya
bisa belajar darinya.
Kembali ke urusan gombal. Melihat wujud nyata dari tujuan yang
sebenarnya, maka gombal bukanlah sesuatu yang harus dilarang, tetapi
harus senantiasa dijaga, jangan sampai berlebihan dan juga jangan pernah
kekurangan. Menggomballah sesuai keadaan dan keperluan.
Ingat, tujuan menggombal adalah untuk meluluhkan hati, bukan mengelabui..!
Jangan tabu dan malu, mulai saat ini apa salahnya jika anda menggombali
isteri atau suami anda. Jika tujuannya baik, saya yakin kita akan
memetik manfaat dari setiap kata gombalnya. Selamat mencoba..
By Patku Yayan@Indocuisine
Gamabr by Google, patku Yayan dan Patsus Dede Sherman
No comments:
Post a Comment