Sunday, July 12, 2015

GOMBAL

Saya tidak tahu persis apa makna sejati dari kata gombal yang telah lama kita dengar dan bahkan mungkin telah sejak lama secara sadar ataupun tidak sadar telah sering kita ucapkan atau ungkapkan.
Kita juga mungkin sulit menyatakan apakah kita seorang penggombal atau sebaliknya, korban rayuan gombal.
Ada yang bilang, konon gombal sering diucapkan oleh mereka yang terampil berbicara. Tapi siapa yang bisa menjamin kebenarannya, karena adakalanya seseorang yang menjadi korban gombal menyebutkan bahwa si pendiamlah yang sesungguhnya sangat potensial untuk menjadi seorang penggombal ulung.
Di keluarga kami, anak sulung adalah sosok sempurna untuk menggambarkan bahwa dia adalah seorang pujaan. Berpenampilan cool, tutur bahasa yang sangat teratur, cerdas, mampu menangkap ujung pembicaraan lawan bicaranya lebih cepat, sistematis, dan segala ciri yang terbaik ada pada dia. Begitupun dengan anak ketiga yang kata tetangga kami adalah sebagai anak paling rupawan. Keduanya mewarisi kharisma yang melebihi kami (saya anak kedua, serta adik-adik saya, anak keempat dan kelima).
Tapi tahukah anda jika gombal adalah sebuah pembawaan yang lebih sering dimiliki oleh mereka yang tidak mewarisi ciri-ciri unggul sebagaimana saya gambarkan pada kedua sosok saudara saya tadi. Meskipun mereka pinter dan cerdas, namun nyatanya mereka tidak menguasai keterampilan untuk meluluhkan hati lawan bicaranya.
Pertanyaannya, jika tujuan gombal adalah untuk meluluhkan hati, apakah kita perlu kata-kata yang berlebihan..? Jawaban saya, tidak..!
Saya berpengalaman sejak masih duduk di bangku SD membantu abang saya menyusun kata-kata dalam setiap surat cintanya.
Begitupun waktu masih SMP, ketika perusahaan keluarga kami diambang kebangkrutan, saya menjadi orang terakhir yang sebelumnya mungkin tidak diperhitungkan untuk angkat bicara.
Waktu itu di tengah forum karyawan yang hendak mengundurkan diri, saya pernah bicara bahwa kepergian mereka jangan sampai menggoreskan kenangan luka. Jika kami harus melepasnya, maka hal itu sebagai bentuk nyata dari kecintaan kami pada mereka.
Kami tak ingin membiarkan mereka menderita bersama. Kami ingin melihat mereka bahagia. Jika kelak kami sudah kembali bahagia, pintu hati dan cinta kami akan selalu terbuka untuk menerima kepulangan mereka dan mereguk kebahagiaan bersama kami lagi.
dedenew2

Tidak disangka, ucapan yang tidak pernah saya sadari itu telah menjadi titik balik bagi kebangkitan perusahaan keluarga kami. Mereka mengurungkan niat untuk mengundurkan diri, sebaliknya malah menitipkan kehidupan diri dan keluarganya pada perusahaan keluarga yang sedang oleng.
Maka mulailah kami dengan budaya kerja baru yang dilandasi oleh rasa saling cinta. Saya didaulat menjadi presiden direktur dalam usia yang masih sangat belia.
Saya bukan manager hebat, bahkan diawal jabatan saya, saya harus mengungkapkan secara jujur tentang ketidakmampuan perusahaan dalam membayar hutang yang sudah jatuh tempo.
Saat itu, hal seperti ini sangat memalukan, bahkan paman saya sendiri menyebutnya sebagai sebuah aib perusahaan. Berbekal tekad dan cinta, saya bertemu pihak bank dan menjelaskan rencana dan tujuan perusahaan untuk tahun-tahun berikutnya. Nyatanya, mereka bisa mengerti dan mau menerima alasan penundaan pembayaran hutang tersebut. Lega..!
Kini, dizaman yang semakin kompleks, skema serupa ternyata telah menjadi trend bisnis. Kini masyarakat mulai akrab dengan istilah reschedullling atau penjadwalan kembali hutang.
Hasilnya, Garuda Indonesia yang hampir kolaps, terbukti mampu kembali bangkit dan menggeliat juga berkat skema penjadwalan hutang. Hehehe..!
Saya yakin, orang yang memulai inisiatif ini di Garuda Indonesia, pasti punya kemampuan menggombal yang sangat tinggi. Semoga kelak saya bisa belajar darinya.
Kembali ke urusan gombal. Melihat wujud nyata dari tujuan yang sebenarnya, maka gombal bukanlah sesuatu yang harus dilarang, tetapi harus senantiasa dijaga, jangan sampai berlebihan dan juga jangan pernah kekurangan. Menggomballah sesuai keadaan dan keperluan.
Ingat, tujuan menggombal adalah untuk meluluhkan hati, bukan mengelabui..!
Jangan tabu dan malu, mulai saat ini apa salahnya jika anda menggombali isteri atau suami anda. Jika tujuannya baik, saya yakin kita akan memetik manfaat dari setiap kata gombalnya. Selamat mencoba..
By Patku Yayan@Indocuisine
Gamabr by Google, patku Yayan dan Patsus Dede Sherman

No comments:

Post a Comment